JAKARTA - Pemerintah menyampaikan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir 2025 dapat mencapai 5,5 persen.
eyakinan ini didasarkan pada dorongan dari sejumlah sektor yang menunjukkan tren positif, salah satunya adalah sektor properti. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut bahwa belanja masyarakat juga menjadi faktor penting yang akan mempercepat pertumbuhan.
Menurut Purbaya, hampir semua sektor ekonomi berpotensi memberikan kontribusi besar. Properti diprediksi menjadi salah satu penggerak utama karena keberadaannya berdampak langsung terhadap konsumsi dan sektor turunan lainnya. Ia menegaskan bahwa dorongan belanja masyarakat yang meningkat akan turut memperkuat pencapaian target tersebut.
"Kalau saya pikir sih hampir across the board, yang jelas belanja masyarakat akan naik kencang, dan nanti properti akan tumbuh bagus," ujar Purbaya. Hal ini menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada satu bidang, tetapi melibatkan banyak sektor yang saling terhubung.
Peran Kebijakan Perbankan dalam Mendorong Properti
Selain konsumsi, sektor perbankan juga dipandang memiliki peran penting dalam menggerakkan roda perekonomian. Pemerintah telah menyalurkan dana sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke lima bank milik negara, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BSI.
Tujuannya agar bank-bank tersebut mampu menurunkan suku bunga kredit serta membuka akses pembiayaan lebih luas. Menurut Purbaya, dana yang dikucurkan tersebut lambat laun akan mengalir ke sektor properti.
Hal ini akan mendorong peningkatan pinjaman dengan jaminan yang lebih jelas, sehingga memacu permintaan kredit di bidang ini. Ketika pembiayaan di sektor properti meningkat, maka akan muncul efek berganda pada sektor-sektor lain yang terkait.
Ia menambahkan, masuknya dana pemerintah ke perbankan akan menstimulasi pembelian bahan bangunan, seperti semen dan baja. Selain itu, konsumsi rumah tangga, khususnya makanan dan minuman, juga diyakini akan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya pembangunan properti.
"Saya pikir nanti pelan-pelan akan masuk ke sektor properti, di mana ketika orang pinjam kan jaminannya clear," jelas Purbaya.
Efek Multiplikasi Sektor Properti dan Konsumsi
Dorongan bagi sektor properti tidak hanya memberikan manfaat langsung, tetapi juga menimbulkan efek berganda bagi perekonomian. Pertumbuhan properti berpotensi memperkuat permintaan barang-barang konstruksi, memperluas lapangan kerja, hingga mendorong konsumsi masyarakat secara umum.
Dengan demikian, aliran dana pemerintah yang dialokasikan melalui bank pelat merah tidak hanya berhenti pada kredit, melainkan berlanjut menjadi pertumbuhan sektor riil.
Purbaya menegaskan bahwa kebijakan yang ditempuh pemerintah bertujuan menciptakan sistem ekonomi yang mampu bekerja secara optimal. Keputusan alokasi dana ke berbagai sektor akan disesuaikan oleh perbankan dan para pelaku usaha sesuai kebutuhan. Pemerintah berfokus untuk menyediakan ruang yang kondusif sehingga sektor swasta dapat mengoptimalkan peluang usaha mereka.
"Jadi harusnya sih across the board yang mengalami pertumbuhan lebih cepat. Ini kan yang kita masukin ke sistem. Perbankan yang milih, dan sistem yang milih sendiri," ungkap Purbaya. Hal ini mencerminkan bahwa strategi pemerintah bukan untuk mengarahkan secara detail, melainkan menciptakan ekosistem yang sehat dan adaptif.
Dukungan Investasi dan Stimulus Pemerintah
Selain keyakinan dari Menteri Keuangan, optimisme juga disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyatakan bahwa belanja pemerintah akan menjadi pendorong utama dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi.
Belanja tersebut tidak hanya mendukung konsumsi, tetapi juga memberikan ruang bagi investasi untuk terus masuk sesuai dengan perencanaan. Airlangga menambahkan bahwa pemerintah juga menyiapkan stimulus pada kuartal IV 2025 dengan nilai mendekati 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp30 triliun.
Stimulus tersebut diharapkan dapat memberikan dorongan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas. Ia optimistis langkah ini akan berkontribusi nyata pada pencapaian target pertumbuhan.
"Pertama, kita melihat belanja pemerintah akan positif. Jadi itu juga baik. Kedua, kita juga monitor investasi terus masuk sesuai dengan perencanaan. Ketiga, stimulus yang dilepaskan di kuartal IV ini itu nilainya mendekati 2 miliar dolar AS," jelas Airlangga.
Dengan strategi tersebut, pemerintah yakin bahwa ekonomi Indonesia akan tetap solid di tengah dinamika global. Optimisme ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha menjaga keseimbangan antara konsumsi, investasi, serta stimulus fiskal.
Ketiga faktor tersebut diharapkan dapat menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen pada akhir 2025. Baik sektor properti, perbankan, maupun kebijakan fiskal dianggap sebagai kombinasi yang tepat untuk menjaga momentum.