Bursa Asia Bergerak Variatif Seiring Wall Street Cetak Rekor Baru

Rabu, 01 Oktober 2025 | 11:26:41 WIB
Bursa Asia Bergerak Variatif Seiring Wall Street Cetak Rekor Baru

JAKARTA - Pasar saham Asia Pasifik memulai perdagangan dengan pergerakan bervariasi.

Kondisi ini terjadi setelah Wall Street mencatat rekor tertinggi baru di tengah ketidakpastian politik Amerika Serikat. Para investor di kawasan Asia menimbang potensi dampak dari dinamika global tersebut.

Di Jepang, perhatian tertuju pada hasil survei Tankan kuartal ketiga yang dirilis Bank of Japan. Survei ini menjadi indikator penting untuk mengukur sentimen bisnis di kalangan perusahaan besar di Negeri Sakura. Data yang dirilis turut menjadi salah satu acuan pergerakan indeks.

Hasil survei memperlihatkan optimisme bisnis produsen besar Jepang naik menjadi +14, dari +13 pada kuartal sebelumnya. Meski meningkat, angka itu masih di bawah perkiraan ekonom sebesar +15. Sementara indeks non-manufaktur tetap stabil di level +34.

Angka positif menunjukkan jumlah pelaku usaha yang optimistis lebih banyak dibandingkan yang pesimis. Namun, selisih tipis dengan perkiraan membuat pasar tetap mencermati potensi perlambatan di beberapa sektor. Investor juga menunggu keputusan suku bunga dari Reserve Bank of India.

Dampak Pergerakan Indeks

Pergerakan indeks saham di Asia pun bervariasi mengikuti perkembangan global. Indeks Nikkei 225 di Jepang terpantau melemah 1,05%, sementara Topix juga turun cukup dalam sebesar 1,52%. Tekanan jual mendominasi, meski ada dorongan optimisme dari survei bisnis.

Kondisi berbeda terjadi di Korea Selatan dengan indeks Kospi yang menguat 0,77%. Di Australia, indeks ASX 200 justru melemah 0,25% pada awal perdagangan. Sedangkan bursa China dan Hong Kong tidak beroperasi karena libur.

Di sisi lain, bursa Amerika Serikat menunjukkan performa gemilang. Indeks S&P 500 ditutup naik 0,41% ke 6.688,46. Nasdaq juga bertambah 0,31% ke 22.660,01. Sementara Dow Jones melambung 81,82 poin atau 0,18% ke posisi 46.397,89, menorehkan rekor tertinggi baru.

Pergerakan positif di Wall Street menjadi penyeimbang bagi investor Asia. Namun, ancaman penutupan pemerintahan Amerika Serikat tetap menjadi risiko besar yang bisa menahan laju penguatan lebih lanjut di kawasan Asia Pasifik.

IHSG dan Perdagangan Lokal

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sebelumnya ditutup melemah. IHSG terkoreksi 0,77% ke level 8.061,06, dipengaruhi aksi jual di mayoritas sektor. Indeks LQ45 juga ikut turun 1,05% ke 793,98.

Sepanjang hari, IHSG sempat berada di level tertinggi 8.150,34 dan terendah 8.042,82. Sebanyak 396 saham melemah, 280 saham menguat, dan 122 saham stagnan. Pergerakan tersebut menandakan sentimen pasar cenderung hati-hati.

Total frekuensi perdagangan mencapai 2,58 juta kali, dengan volume 57,2 miliar saham. Nilai transaksi harian tercatat Rp 27,4 triliun. Investor asing tercatat melepas saham senilai Rp 1,7 triliun sehingga menekan IHSG.

Secara kumulatif, investor asing telah menjual saham sekitar Rp 54,74 triliun sepanjang tahun berjalan. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.612, menambah tekanan bagi pasar saham domestik.

Kinerja Sektor Saham

Jika ditinjau dari sektoral, hanya dua sektor yang mampu mencatatkan penguatan. Sektor properti naik 0,29% dan sektor energi menambah 0,28%. Keduanya menjadi penopang di tengah tekanan jual di sektor lain.

Sebaliknya, sektor transportasi menjadi yang paling tertekan dengan penurunan 1,83%. Sektor industri juga anjlok 1,42%, disusul sektor keuangan yang terpangkas 1,37%. Pelemahan juga terjadi di sektor teknologi dengan koreksi 1,34%.

Sektor kesehatan tercatat turun 0,24%. Konsumer nonsiklikal terkoreksi 0,70%, sementara konsumer siklikal turun tipis 0,10%. Sektor infrastruktur juga tidak luput dari tekanan dengan penurunan 1,12%.

Kinerja beragam di antara sektor saham mencerminkan selektivitas investor dalam mengambil keputusan. Meski sejumlah sektor masih mampu bertahan, mayoritas pelaku pasar memilih untuk berhati-hati menunggu kepastian global dan domestik.

Pasar saham Asia Pasifik masih dibayangi ketidakpastian dari dinamika politik Amerika Serikat. Meski Wall Street mampu menorehkan rekor baru, bursa Asia bergerak bervariasi karena investor mencermati risiko jangka pendek.

Bagi investor domestik, pelemahan IHSG menjadi sinyal perlunya strategi lebih cermat. Perhatian tidak hanya tertuju pada faktor eksternal, tetapi juga pada pergerakan sektor-sektor unggulan yang masih memiliki potensi.

Dengan kondisi global yang terus berubah, fleksibilitas strategi investasi menjadi kunci. Pasar saham Asia berpotensi pulih lebih stabil jika sentimen global mereda dan faktor domestik mampu memberikan katalis positif.

Terkini