JAKARTA - Upaya pemberdayaan difabel di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, kini mendapat dukungan nyata dari pemerintah pusat.
Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memastikan akan mengundang perajin batik ciprat asal Situbondo untuk ikut serta dalam sejumlah pameran batik dalam negeri.
Harapannya, karya unik hasil komunitas difabel tersebut dapat lebih dikenal luas sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
Deputi Bidang Usaha Kementerian UMKM, Bagus Rachman, menegaskan bahwa dukungan ini merupakan bagian dari fokus kementerian untuk memperkuat kemandirian pelaku UMKM di berbagai daerah, termasuk Situbondo.
“Kemandirian dimaksud adalah peluang-peluang usaha bisa dijalankan baik dan menjadi sumber penghasilan buat mereka,” ujarnya saat berkunjung ke sentra Batik Ciprat Rubi di Desa Kedungdowo, Kecamatan Arjasa, Situbondo.
Dari Situbondo untuk Indonesia
Batik ciprat bukanlah batik biasa. Proses pembuatannya dilakukan dengan teknik menyipratkan larutan pewarna ke kain, sehingga menghasilkan corak yang unik, segar, dan berbeda dengan batik tradisional lainnya.
Keunikan itu menjadi nilai jual tersendiri, apalagi jika melihat latar belakang para perajin yang sebagian besar merupakan penyandang disabilitas.
Menurut Bagus, karya yang lahir dari tangan-tangan difabel Situbondo tersebut bukan hanya sekadar produk fesyen, melainkan bagian dari ekonomi kreatif yang memberi warna baru dalam industri batik nasional.
“Selain itu, batik ciprat karya difabel ini sebenarnya masuk dalam ekonomi kreatif, karena ekonomi kreatif itu kan adalah sesuatu yang baru dibuat. Oleh karena itu saya juga sampaikan kepada bupati akan mengikutsertakan mereka pada agenda pameran-pameran batik dalam negeri,” katanya.
Dorongan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Kementerian UMKM juga siap mendukung langkah pemerintah daerah Situbondo yang tengah menyiapkan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk batik ciprat. Langkah ini penting agar karya difabel Situbondo mendapat perlindungan hukum sekaligus nilai tambah dalam pemasaran.
Bagus menyebut, pengakuan resmi melalui HAKI akan memperkuat posisi batik ciprat di pasar, baik domestik maupun internasional. Dengan begitu, tidak hanya aspek ekonomi yang diperoleh, tetapi juga pengakuan terhadap identitas lokal Situbondo sebagai daerah penghasil karya kreatif difabel.
Dukungan Penuh dari Pemkab Situbondo
Dukungan terhadap batik ciprat juga datang dari pemerintah daerah. Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menilai bahwa karya ini bukan hanya sekadar produk kreatif, tetapi juga sarana pemberdayaan sosial.
“Oleh karena itu kami dorong teman-teman difabel, dan tidak hanya diberi insentif, tidak hanya diberi pelatihan, tapi kami juga memberikan sentuhan kebijakan, dan bahkan saya sendiri menjadi brand ambassador batik ciprat ini dan alhamdulillah banyak sekali peminat batik ciprat ini,” ujarnya.
Langkah bupati yang turut menjadi duta batik ciprat dinilai berhasil memperluas pangsa pasar. Kini, produk batik ciprat Situbondo tak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga telah merambah pasar Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Peminat Meningkat, Pasar Meluas
Informasi yang dihimpun menunjukkan bahwa produk batik ciprat hasil komunitas difabel Situbondo terus diminati. Harga per lembar kain batik ciprat dijual sekitar Rp150.000, dengan kualitas dan motif yang semakin beragam.
Permintaan yang terus meningkat membuat batik ciprat berpotensi menjadi salah satu ikon baru Situbondo. Dengan promosi yang lebih masif melalui pameran nasional, produk ini diharapkan mampu menembus pasar yang lebih luas lagi.
Ekonomi Kreatif sebagai Pilar Kemandirian
Batik ciprat difabel Situbondo tidak sekadar menjadi komoditas, tetapi juga simbol dari semangat kemandirian. Para perajin difabel membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya dan memberi kontribusi nyata bagi perekonomian.
Dalam konteks ini, dukungan pemerintah pusat dan daerah menjadi sangat penting. Pameran, promosi, hingga perlindungan hukum melalui HAKI akan menjadi modal besar bagi pengembangan batik ciprat.
Bagus Rachman menegaskan, tujuan utama dari pendampingan Kementerian UMKM adalah agar pelaku usaha, termasuk komunitas difabel Situbondo, tidak hanya bergantung pada bantuan, tetapi mampu berdiri mandiri dengan produk yang berdaya saing tinggi.
Harapan Masa Depan
Langkah kolaboratif antara Kementerian UMKM, Pemkab Situbondo, dan komunitas difabel diharapkan dapat membawa batik ciprat ke panggung nasional, bahkan internasional. Dengan inovasi desain, strategi pemasaran yang tepat, serta dukungan pemerintah, batik ciprat berpotensi menjadi ikon baru dalam industri batik Indonesia.
Bupati Yusuf menambahkan bahwa secara ekonomi, produk ini mampu meningkatkan taraf hidup para perajin difabel. Lebih dari itu, batik ciprat menjadi ruang aktualisasi diri yang memulihkan kepercayaan diri mereka.
“Secara ekonomi batik ciprat karya difabel itu akan mampu meningkatkan taraf hidup mereka yang secara sosial punya keterbatasan fisik,” ujarnya.
Penutup
Batik ciprat karya difabel Situbondo adalah contoh nyata bahwa kreativitas mampu melampaui keterbatasan. Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat melalui Kementerian UMKM dan pemerintah daerah, karya ini bukan hanya produk seni, tetapi juga simbol inklusi, kemandirian, dan pemberdayaan sosial.
Jika konsistensi ini terus dijaga, tidak mustahil batik ciprat akan dikenal tidak hanya di Bali atau NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia bahkan dunia. Situbondo pun akan tercatat sebagai daerah yang melahirkan inovasi batik unik karya komunitas difabel yang membanggakan.