Diversifikasi Lewat Akuisisi, Petrosea Perkuat Bisnis Non-Batubara

Selasa, 07 Oktober 2025 | 15:49:52 WIB
Diversifikasi Lewat Akuisisi, Petrosea Perkuat Bisnis Non-Batubara

JAKARTA - PT Petrosea Tbk. (PTRO), emiten terafiliasi Prajogo Pangestu, tengah melangkah agresif memperluas sumber pendapatan melalui strategi akuisisi. 

Perusahaan yang selama ini identik dengan jasa pertambangan batubara itu mulai menegaskan arah baru dengan masuk ke sektor non-batubara, salah satunya lewat akuisisi Grup HBS di Papua Nugini dan Grup Hafar di Asia Tenggara.

Manajemen menyebut langkah ini bukan semata mengejar pertumbuhan finansial jangka pendek, tetapi juga sebagai strategi diversifikasi dan mitigasi risiko jangka panjang. Dengan basis bisnis yang lebih beragam, Petrosea berharap lebih tahan terhadap gejolak harga komoditas global, sekaligus siap menghadapi tren transisi energi.

Diversifikasi Jadi Kunci Pertumbuhan

Direktur Petrosea Kartika Hendrawan menjelaskan, akuisisi HBS dan Hafar dilakukan untuk memperluas basis pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada satu komoditas. Menurutnya, diversifikasi menjadi jalan penting agar perusahaan lebih adaptif menghadapi perubahan di sektor energi dan mineral.

“Strategi ini juga selaras dengan tren transisi energi global, dengan kami yang memosisikan perseroan agar lebih adaptif terhadap kebutuhan energi baru dan terbarukan di masa depan,” ujarnya dalam paparan publik.

Dengan langkah ini, Petrosea menargetkan peningkatan pendapatan yang lebih stabil sekaligus membuka peluang baru di industri migas, LNG, serta pertambangan emas dan mineral bernilai tinggi.

Ekspansi ke Papua Nugini dan LNG

Untuk Grup HBS di Papua Nugini, Petrosea resmi menggelontorkan dana sekitar US$25,8 juta atau setara Rp429 miliar. Akuisisi ini memberikan akses ke pasar regional yang lebih luas sekaligus memperkuat rekam jejak perusahaan di luar negeri.

“Kemudian, terbukanya akses pendanaan perbankan untuk Grup HBS, guna memacu akselerasi pertumbuhan perusahaan-perusahaan tersebut ke depannya,” kata Kartika.

Grup HBS memiliki klien besar seperti Newmont, St Barbara, dan Harmony Gold, yang dikenal sebagai pemain utama di industri pertambangan global. Dari akuisisi ini, Petrosea menargetkan margin EBITDA HBS dapat mencapai 30% pada 2026, jauh lebih tinggi dibanding proyeksi sebelum akuisisi di level 21%.

Sementara itu, akuisisi Grup Hafar dilakukan untuk memperkuat diversifikasi ke sektor LNG dan migas. Dengan menguasai 51% saham senilai Rp399,8 miliar, Petrosea kini memiliki akses ke klien besar seperti Pertamina, Petronas, dan Freeport. 

Selain itu, pengalaman panjang Hafar di bidang engineering, procurement, construction, and installation (EPCI) menjadi nilai tambah dalam memperluas kapabilitas layanan.

Proyeksi Kinerja Melesat Hingga 2026

Langkah diversifikasi melalui akuisisi terbukti memberikan dampak signifikan pada proyeksi keuangan Petrosea. Direktur PTRO Ruddy Santoso menyampaikan bahwa pendapatan perusahaan diperkirakan naik dari US$691 juta pada 2024 menjadi US$991 juta pada 2025, dengan EBITDA melonjak dari US$106 juta menjadi US$203 juta.

Tren positif ini berlanjut hingga 2026, ketika pendapatan diproyeksikan tembus US$1,4 miliar, sementara EBITDA mencapai US$306 juta.

“Ebitda margin setelah akuisisi diharapkan dapat meningkat menjadi sebesar 22% pada 2026,” jelas Ruddy.

Secara lebih rinci, manajemen memproyeksikan akuisisi HBS dan Hafar akan meningkatkan pendapatan 7%–13% serta EBITDA 10%–21%.

Kontrak Baru Jadi Penopang

Selain dari akuisisi, Petrosea juga menorehkan kinerja kuat lewat perolehan kontrak baru. Pada semester I/2025, perseroan mencatatkan backlog kontrak senilai US$4,3 miliar, tumbuh 60% secara tahunan dari US$2,69 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

“Petrosea terus mendorong pertumbuhan organik melalui perolehan kontrak backlog, baik dari pelanggan yang sudah ada maupun dari pelanggan-pelanggan baru,” kata manajemen.

Kontrak terbesar masih berasal dari sektor batubara termal (49%), disusul nikel (29%), batubara metalurgi (15%), emas dan tembaga (3%), serta minyak dan gas (4%). Meski batubara masih mendominasi, kontribusi sektor non-batubara kini mulai terlihat.

Mengurangi Ketergantungan pada Batubara

Langkah diversifikasi ini dinilai krusial mengingat sektor batubara tengah menghadapi tekanan dari tren energi hijau dan fluktuasi harga global. Dengan ekspansi ke emas, LNG, dan migas, Petrosea dapat menyeimbangkan portofolio pendapatan sekaligus memperkuat daya saing.

Selain itu, akuisisi HBS dan Hafar tidak hanya menambah sumber pendapatan, tetapi juga memperluas kapabilitas tenaga kerja gabungan, akses permodalan, dan basis klien blue chip yang lebih beragam.

Kesimpulan

Transformasi Petrosea lewat akuisisi Grup HBS dan Grup Hafar menunjukkan bahwa perusahaan tidak sekadar mengejar pertumbuhan jangka pendek, tetapi juga membangun fondasi bisnis yang lebih tangguh. 

Proyeksi pendapatan tembus US$1,4 miliar pada 2026 menjadi buah dari strategi diversifikasi yang mengurangi ketergantungan pada batubara sekaligus membuka pintu ke sektor-sektor dengan prospek jangka panjang.

Dengan portofolio yang lebih beragam, kontrak backlog yang terus meningkat, serta akses ke klien besar regional, Petrosea menegaskan diri sebagai perusahaan yang siap beradaptasi dengan dinamika energi global.

Terkini