JAKARTA – Jalan kabupaten yang berada di sekitar kawasan proyek pembangunan Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) diprediksi rawan mengalami kerusakan serius akibat kombinasi cuaca ekstrem kemarau basah dan meningkatnya intensitas lalu lintas kendaraan berat. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, terutama di wilayah Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo, yang menjadi jalur pendukung utama bagi mobilisasi material konstruksi tol tersebut.
Fenomena kemarau basah yang terjadi saat ini tidak hanya berdampak pada sektor pertanian, tetapi juga memengaruhi infrastruktur jalan, terutama jalan kelas kabupaten yang biasanya memiliki spesifikasi lebih rendah dibandingkan jalan nasional. Musim kemarau yang diselingi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi menciptakan kondisi lapisan tanah yang labil, meningkatkan risiko kerusakan pada badan jalan.
Perubahan Cuaca Picu Retakan Jalan
Kondisi cuaca yang tidak menentu—terutama pergantian cepat dari hujan deras ke panas ekstrem—memicu terbentuknya retakan mikro pada permukaan jalan aspal. Lapisan fondasi dasar yang jenuh air menjadi lemah, dan ketika terkena panas matahari secara mendadak, timbul tegangan termal yang mempercepat keausan struktur jalan.
“Fenomena seperti ini cukup unik, terutama di wilayah Jawa Timur. Hujan yang turun di musim kemarau membuat fondasi jalan tidak stabil, lalu disusul panas ekstrem yang memperparah kondisi tersebut,” ungkap salah satu pejabat teknis proyek infrastruktur setempat.
Kerusakan ini diperparah oleh beban berat kendaraan proyek tol Probowangi yang melintas hampir setiap hari, terutama di sekitar area Exit Besuki, Situbondo. Lalu lintas kendaraan besar yang terus-menerus melalui jalan kabupaten tanpa penguatan struktur jalan yang memadai, semakin mempercepat terjadinya degradasi jalan.
Solusi Teknis dan Strategi Mitigasi
Untuk menghadapi potensi kerusakan tersebut, sejumlah solusi teknis mulai disiapkan dan diuji coba. Beberapa pendekatan inovatif yang dianggap efektif meliputi:
Penggunaan Aspal Modifikasi Polimer (AMP)
Jalan yang dilapisi aspal konvensional cenderung cepat retak saat menghadapi beban berat dan perubahan suhu ekstrem. Penggunaan AMP yang dicampur bahan aditif seperti styrene-butadiene-styrene (SBS) diyakini dapat meningkatkan elastisitas dan ketahanan terhadap air.
“Aspal modifikasi ini bisa lebih fleksibel, tidak mudah retak, dan lebih tahan terhadap cuaca basah,” terang salah satu ahli konstruksi jalan.
Drainase Mikro di Bahu Jalan
Sistem drainase konvensional kerap gagal menangani air yang masuk ke lapisan bawah jalan. Untuk itu, pembangunan saluran mikro di bahu jalan menjadi salah satu solusi agar air cepat dialirkan keluar dan tidak mengganggu stabilitas fondasi jalan.
Pengaturan Jadwal Lalu Lintas Truk Proyek
Pengaturan jadwal lalu lintas kendaraan berat juga menjadi salah satu strategi mitigasi kerusakan jalan. Dengan membagi waktu operasional truk dan menghindari beban bersamaan di satu titik, tekanan pada jalan bisa dikurangi secara signifikan.
Penerapan Teknologi Cold-in-Place Recycling (CIPR)
Teknologi CIPR menjadi metode cepat dan efisien untuk memperbaiki jalan yang mulai retak. Teknik ini memanfaatkan kembali material aspal lama, yang dicampur dengan bahan baru tanpa perlu pembongkaran besar-besaran, menjadikannya solusi hemat anggaran dan waktu.
Inspeksi Dini Menggunakan Sensor IoT
Penggunaan sensor berbasis teknologi Internet of Things (IoT) untuk mendeteksi kelembaban dan tekanan di bawah permukaan jalan mulai diperkenalkan di lingkup akademik. Data yang dikumpulkan memungkinkan prediksi dini titik-titik kerusakan, sehingga perbaikan dapat dilakukan sebelum kondisi semakin memburuk.
“Meskipun masih dalam tahap pengembangan, teknologi ini sangat menjanjikan untuk menjadi sistem peringatan dini terhadap potensi kerusakan jalan,” jelas seorang peneliti infrastruktur dari universitas teknik di Surabaya.
Peran Strategis Jalan Kabupaten
Meskipun jalan kabupaten sering kali luput dari perhatian dalam skala nasional, namun dalam konteks proyek strategis seperti tol Probowangi, fungsinya sangat vital. Jalan ini menjadi jalur utama pengangkutan material, alat berat, hingga akses pekerja proyek. Apabila jalan ini rusak dan tidak segera diperbaiki, dampaknya bukan hanya pada keterlambatan pembangunan, namun juga mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial warga sekitar.
Pemerintah daerah diimbau untuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat serta kontraktor pelaksana proyek tol untuk mengantisipasi kerusakan lebih lanjut. Pendekatan kolaboratif menjadi kunci agar infrastruktur jalan di sekitar proyek tetap dalam kondisi layak dan tidak menghambat pembangunan.