Panas Bumi

Pertamina Kembangkan Hidrogen Hijau Berbasis Panas Bumi Lampung

Pertamina Kembangkan Hidrogen Hijau Berbasis Panas Bumi Lampung
Pertamina Kembangkan Hidrogen Hijau Berbasis Panas Bumi Lampung

JAKARTA - PT Pertamina, melalui anak perusahaannya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), resmi memulai pembangunan pilot plant Green Hydrogen di Ulubelu, Lampung. Proyek ini menjadi tonggak penting karena akan memanfaatkan energi panas bumi bukan hanya untuk listrik, tetapi juga memproduksi hidrogen hijau. Inisiatif ini sejalan dengan visi Pertamina menjadi perusahaan energi bersih kelas dunia.

Fasilitas Green Hydrogen Ulubelu disebut sebagai yang pertama di dunia yang mengintegrasikan teknologi Anion Exchange Membrane (AEM) electrolyzer dengan energi panas bumi sebagai sumber listrik bersih. Keunggulan teknologi ini memungkinkan produksi hidrogen hijau secara berkelanjutan sekaligus menjadi pusat pembelajaran dan studi kelayakan komersial.

Fondasi Bisnis dan Regulasi Hidrogen

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan peletakan batu pertama pilot plant ini merupakan langkah konkret untuk mengembangkan portofolio bisnis rendah karbon. Menurut Simon, proyek ini menjadi fondasi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia.

“Proyek ini menjadi fondasi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia, serta menjadi ekosistem energi baru yang bisa direplikasi di wilayah lain,” ujar Simon.

Dengan target operasional pada 2026, proyek ini mengusung nilai investasi sekitar US$3 juta. Hidrogen hijau yang dihasilkan nantinya akan digunakan untuk uji pasar, termasuk di sektor transportasi dan industri, sebagai bagian dari pembelajaran teknologi baru.

PLTP Ulubelu sebagai Laboratorium Energi Bersih

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menekankan bahwa PLTP Ulubelu akan menjadi laboratorium energi bersih yang bisa direplikasi di berbagai wilayah lain. Keunggulan lokasi ini antara lain infrastruktur panas bumi yang sudah mapan, pasokan listrik bersih stabil, availability cooling tower untuk kondensat, serta kedekatan dengan jalur distribusi Sumatra-Jawa.

“Saya yakin, pengalaman dan pembelajaran dari proyek ini akan menjadi best practice dan referensi untuk direplikasikan di wilayah lain,” ujar Yuliot.

Pabrik percontohan ini dirancang agar operasional empat unit PLTP Ulubelu dengan total kapasitas 220 Megawatt (MW) tidak menambah emisi karbon. Strategi ini menegaskan bahwa transisi energi bersih dapat dilakukan tanpa mengorbankan kapasitas listrik nasional.

Integrasi Hidrogen Hijau ke Pasar Industri

PLTP Ulubelu dipilih sebagai lokasi uji integrasi hidrogen hijau ke jaringan energi dan pasar industri karena sejumlah keunggulan. Infrastruktur matang dan pasokan listrik bersih menjadi faktor utama yang memungkinkan percobaan ini berjalan lancar. Proyek ini juga menjadi contoh bagaimana energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara multifungsi: untuk listrik dan produksi hidrogen hijau.

Walaupun biaya produksi hidrogen hijau saat ini lebih tinggi dibandingkan hidrogen berbasis fosil, pemerintah dan Pertamina optimistis melalui peningkatan skala produksi dan dukungan kebijakan, biaya dapat ditekan sehingga lebih kompetitif di pasar.

Green Hydrogen sebagai Game Changer Energi

Pemanfaatan panas bumi sebagai energi primer untuk memproduksi hidrogen hijau merupakan langkah strategis yang menempatkan Indonesia selangkah lebih maju dalam mencapai ketahanan energi nasional. Menurut Wamen Yuliot, green hydrogen memiliki fleksibilitas tinggi dan berpotensi menjadi komoditas ekspor di masa depan.

“Green Hydrogen diyakini akan menjadi game changer dalam transisi energi global karena sifatnya yang fleksibel dan dapat menjadi komoditas ekspor di masa depan,” tegas Yuliot.

Pertamina menekankan bahwa proyek ini tidak hanya fokus pada produksi energi, tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan penelitian teknologi energi bersih. Proyek ini akan membuka peluang bagi pelaku industri, akademisi, dan pemerintah untuk mempelajari integrasi hidrogen hijau ke sistem energi nasional.

Proyeksi Masa Depan dan Replikasi Teknologi

Pengalaman dari pilot plant ini diharapkan menjadi acuan untuk proyek serupa di wilayah lain. Keberhasilan Ulubelu akan mempermudah implementasi teknologi hidrogen hijau di lokasi lain di Indonesia. PGE berharap, selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, proyek ini juga bisa memperkuat posisi Indonesia di pasar energi global.

Strategi ini sejalan dengan target Pertamina untuk mengembangkan portofolio energi rendah karbon, mendukung transisi energi global, serta mempersiapkan regulasi dan model bisnis baru yang berkelanjutan.

Dengan groundbreaking pilot plant Green Hydrogen Ulubelu, Pertamina membuktikan komitmennya dalam mengembangkan energi bersih berbasis panas bumi. Proyek ini menjadi fondasi bagi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen hijau di Indonesia. Selain itu, lokasi Ulubelu dipilih karena fasilitasnya yang matang, stabilitas listrik, dan potensi replikasi teknologi di berbagai wilayah.

Hidrogen hijau yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk uji pasar di sektor industri dan transportasi, sekaligus menjadi laboratorium pembelajaran teknologi bersih. Dukungan kebijakan, peningkatan skala produksi, dan kolaborasi berbagai pihak diyakini akan membuat hidrogen hijau lebih kompetitif, menjadikannya komoditas strategis di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index