Harga Minyak

Harga Minyak Dunia Stabil Naik, Investor Tetap Percaya Diri Hadapi Pasar Energi

Harga Minyak Dunia Stabil Naik, Investor Tetap Percaya Diri Hadapi Pasar Energi
Harga Minyak Dunia Stabil Naik, Investor Tetap Percaya Diri Hadapi Pasar Energi

JAKARTA - Harga minyak dunia mencatat penguatan sekitar 1% setelah keputusan terbaru dari OPEC+ untuk menaikkan produksi pada November dalam jumlah yang lebih kecil dari perkiraan.

Kebijakan tersebut dinilai mampu meredam kekhawatiran pasar akan membanjirnya pasokan baru, meski prospek permintaan global masih dinilai lemah dan dapat membatasi potensi kenaikan harga dalam waktu dekat.

Harga minyak mentah Brent tercatat naik 94 sen atau sekitar 1,46% menjadi US$65,47 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat menguat 81 sen atau 1,33% ke level US$61,69 per barel.

Penguatan ini menunjukkan respons pasar yang cermat terhadap keputusan produksi yang lebih moderat dari OPEC+.

Menurut Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, pasar memperkirakan bahwa jumlah minyak yang benar-benar masuk ke pasar jauh lebih kecil dari yang diumumkan karena sebagian besar negara anggota OPEC+ telah berproduksi mendekati kapasitas maksimalnya.

Hal ini memberikan keyakinan bahwa suplai tidak akan melonjak signifikan dalam waktu dekat.

OPEC+ Pertahankan Produksi Secara Terukur

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia dan sejumlah produsen kecil sepakat menaikkan produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai November.

Jumlah ini sama seperti peningkatan produksi bulan Oktober, menunjukkan bahwa kelompok tersebut berupaya menyeimbangkan antara kebutuhan pasar dan stabilitas harga.

Sebelum pertemuan resmi, beberapa sumber menyebut bahwa Rusia sempat mendorong peningkatan produksi sebesar 137.000 barel per hari untuk menjaga stabilitas harga, sementara Arab Saudi lebih menginginkan peningkatan yang lebih besar guna memperluas pangsa pasar globalnya.

Namun, keputusan akhirnya mencerminkan sikap kompromi yang berfokus pada keseimbangan pasar global. Kenaikan produksi yang relatif terbatas ini juga berbarengan dengan meningkatnya ekspor minyak dari Venezuela, serta kembalinya pasokan minyak Kurdi melalui Turki.

Di sisi lain, sebagian minyak dari Timur Tengah yang belum terjual untuk pengiriman November juga menjadi faktor yang menambah dinamika pasar minyak dunia.

Pasar Asia Tetap Waspada dan Rasional

Analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, menuturkan bahwa Arab Saudi memutuskan untuk mempertahankan harga jual resmi minyak jenis Arab Light ke kawasan Asia tanpa perubahan. Langkah ini dinilai sebagai strategi untuk menjaga keseimbangan antara daya saing ekspor dan kestabilan harga di pasar regional.

Beberapa sumber di kilang Asia yang disurvei memperkirakan sebelumnya akan ada kenaikan harga, namun ekspektasi itu menurun setelah pasokan minyak dari Timur Tengah meningkat tajam.

Kondisi tersebut memangkas premi harga minyak Asia hingga mencapai level terendah dalam 22 bulan terakhir. Para analis menilai, stabilitas harga masih akan terbantu oleh faktor musiman seperti periode perawatan kilang di Timur Tengah yang sedang berlangsung.

Selain itu, kondisi geopolitik turut memengaruhi situasi pasokan. Kilang Kirishi di Rusia, salah satu kilang terbesar di negara tersebut, terpaksa menghentikan operasi unit utamanya setelah insiden serangan drone yang menyebabkan kebakaran. Menurut sumber industri, pemulihan fasilitas tersebut diperkirakan memerlukan waktu hingga satu bulan.

Permintaan Lemah Batasi Lonjakan Harga Global

Meski harga minyak mengalami kenaikan, beberapa analis tetap memperingatkan bahwa prospek permintaan global masih lemah, terutama pada kuartal IV tahun ini.

Data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat mengalami kenaikan di atas perkiraan, disebabkan oleh berkurangnya aktivitas kilang serta turunnya permintaan domestik.

Kepala Analis Pasar IG Group, Chris Beauchamp, menilai bahwa kestabilan harga minyak dalam beberapa waktu mendatang akan sangat bergantung pada kinerja ekonomi Amerika Serikat.

Jika perekonomian negara tersebut mampu menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan positif menjelang akhir 2025 hingga 2026, permintaan energi global berpotensi meningkat dan menopang harga minyak.

Dalam situasi saat ini, pelaku pasar cenderung optimis namun tetap berhati-hati. Kenaikan harga yang terjadi dinilai masih dalam batas wajar, mencerminkan keseimbangan antara pasokan yang terukur dan permintaan yang belum sepenuhnya pulih.

Keputusan OPEC+ yang menahan laju peningkatan produksi dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasar energi dunia di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index